Sabtu, 10 Desember 2011

Bubur ayam Pak Dedi

,

Gerai Bubur Ayam Pak Dedi yang berlokasi di daerah Kedalingan Serang, Foto: Doli
Bubur ayam memang merupakan salah satu menu favorit makan pagi bagi banyak orang. Salah satu kuliner Serang  yang terkenal dan cukup legendaris adalah “Bubur Ayam Pak Dedi” yang berada di kedalingan Serang. Keistimewaannya yang utama adalah rasanya yang tiada duanya, konon orang yang sudah makan bubur ini akan balik lagi kesini karena rasanya yang nikmat. 
Bubur ini sudah ada sejak tahun 1970, duludikelola oleh orangtua pak Dedi “mungkin dari saat saya belum ada” ungkapnya, sambil melayani pembeli yang dibungkus.
Seorang Pelanggan sedang menuntaskan kewajibannya
sebelum ia menikmati gurihnya bubur Pak Dedi




waktu kuliah saya sering mengajak teman-teman kesini dan sekarangpun saya mengajak rekan kerja saya makan disini”.Pak Dedi (32) mengelola bubur ini dari tahun 2006, dalam sehari dia menghabiskan 20 liter beras untuk memenuhi pelanggannya dibantu oleh 6 orang pekerjanya. Bubur ini buka dari pukul 7.00 WIB, sampai dengan Pukul 22.00 WIB.
Selain bubur ayam, tersedia bubur kacang ijo yang tidak kalah nikmatnya, es campur dan jus adalah pilihan minuman yang berada di warung Pak Dedi. Nah untuk satu porsi bubur ayam harganya hanya Rp 6000
Bubur Ayam Pak Dedi ini cukup legendaris dan memiliki pelanggan setia, sehingga tak pernah sepi pelanggan. Jadi buat yang pengen menikmati kedahsyatan Bubur Ayam Pak Dedi, silahan langsung saja datang ke warungnya (Reja)

Jumat, 09 Desember 2011

Secangkir KOVI dari UNTIRTA

,

Kopi, Kopi apa yang bisa terbang? “Kopi Kapal Terbang!” Salah. “Kopi - Kopi Bambu..!!” Bidih, ngawur amat heh! Yo terus opo to rek? “Ya Kopikirlah sendiri. #eaaaa
B-ders suka ngopi ga? Ngopi itu enak banget loh.. Apalagi ngopi-paste pas ujian, beuu saik bener rasanya itu. Cuma sayang sekali sodara - sodara Se B-ders, kopi yang kaya gitu mah efeknya bikin bodo. Meskipun kata pak dokter semua kopi emang ngefeknya ke otak sih, jadi.. serada kaya bikin otak lambat mikir gitu. Ya kalo kata becandaannya satpam mah, “eh,lu jangan kebanyakan ngopi pada, butek otak lu entar!! Iya bener kesitunya mah yah, aer kopi pan emang butek yeh. Dalem ati sih, ngupdate status: “Seandainya ada kopi yang bening - bening aja??”
Ow.. ow.. ow.. ow.. siapa kata ga ada??!! Atau, kata siapa ga ada??!! Walah, meni ketibulak – balik. Sssstt,  emang kopi ini iklan nya belum nyampe ke tipi - tipi, mangkanya.. liwat sini nih Gen-b Campus kepengen ngasih tau, kopi apa sih ini? Adanya dimana? Sampe gimana tuh cara nyeduhnya? Yaela, jangan kwatir, kita bakalan bahas disini. Jadi, kopi ini nih adanya di kampus. Cuma di satu kampus doang. Di satu kampus doang loh B-ders. “Edess, jadi kopi nya tuh kopi apaan? Jangan- jangan, yang bisa minum kopi itu Cuma anak kampus situ doang lagi?
Yiak!! Seratus abang! Seratus eneng!! Namanya tuh KOVI KITA. Komunitas Video Komunikasi Untirta. Sejatinya, KOVI KITA itu adalah sekumpulan orang - orang yang berkumpul membentuk sebuah perkumpulan yang dikumpulkan menjadi orang yang terkumpul, eaaaa.. Serius nih, jadi KOVI KITA ini adalah komunitas pesuka, pecinta, pesayang cia ila.. pehobi di jalur karya audio visual/ video. Entah dalam format Film, Video Klip, Iklan sampe Company Profile. “Awalnya sih kita berlima, Rahmat Sri Prayogo alias Cemat, Andrianto Gunawan alias Toge, Hafid, Indra dan si Aulia, nah.. kita sering kumpul bareng, maen futsal, sampe tepatnya tanggal 16 Maret 2011, kepikiran tuh, gimana kalo kita bentuk KOVI KITA aja? Sampe sekarang deh, kata Toge nyeritain singkat.
Komunitas yang 2 hari lagi bakal genap berumur 9 bulan ini sampe sekarang udah punya sekitar 50 member loh B-ders. Sekelompok mahasiswa yang akrab banget ama kamera ini, udah ngerilis 2 film. Film pertamanya judulnya Cin(T)a dan yang kedua itu judulnya Naufal. Keduanya pernah diputerin make konsep NOBAR di kampus Untirta, udah bikin Video Clip Parodi, pernah ngikutin Festival Film Pendek, di salah satu Institut Seni di Jogja, walau cuma sebatas jadi peserta, di ajang LA Lights Indie Movie juga sama. “Ya kita juga baru belajar, masih banyak yang harus kita kulik supaya suatu saat kita bisa menangin kontes demi kontes” aku Toge tak gentar. KOVI KITA ini rajin banget kalo masalah ngumpul - ngumpul, sharing info tukeran ilmu macam itu. Hampir tiap hari mereka ngumpul, meski hari wajib ngumpulnya sih setiap hari rabu siang. Emang yang namanya ngumpul bareng itu penting banget tau B-ders, demi menjaga stabilitas kekompakan. Buktinya aja, setelah sukses dengan Company Profile Untirta plus ngantongin upah 4 juta, sekarang KOVI KITA lagi ngegarap Company Profile Buat PemKot Serang dan dijanjiin upah 7 juta. “Semua berangkatnya dari semangat ngumpul dan kerja keras bero, dan kehendak-Nya juga tentunya,hehe” ungkap Toge yang nama sebenernya sih Andrianto Gunawan ini.
“Asiknya gabung di komunitas ini tuh, kita bisa bareng - bareng gali potensi, ngembangin bakat sengembang - ngembangnya, ngutak - ngatik apa aja yang bau - baunya ke ranah video. Semuanya bareng - bareng, jadi seru. Asiknya lagi, selain bisa sharing ama anak - anak satu kerajaan, KOVI KITA juga sesekali ngadain gelaran Workshop yang so pasti bakal bikin anak - anak tambah jenius. Dan apalagi saat narasumber Workshop nya itu, sutradara cantik, hadeh.. udah ilmu nambah, imajinasi juga kayaknya lancar tuh, huhu” celoteh cowok yang tetep berusaha bergaya maskulin ini sembari nyedot es jeruk nya dalam rangka menutup wawanca singkat ini.
O iya B-ders, KOVI KITA ini ga melulu buat anak Komunikasi Untirta loh. Meski separuh namanya emang terkesan kaya khususon buat anak - anak jurusan komunikasi doang gitu yah, tapi ternyata, dia dari jurusan apa juga, bisa banget gabung bareng komunitas yang bermarkas di Gedung D Lat. 4 Kampus Untirta Serang ini. Seswanto banget ga sih!!
Jaman sekarang sih B-ders, yang namanya komunitas, perkumpulan, organisasi, serikat, duarikat, tigarikat dan sejenisnya lah, itu mah lagi ngejamur  banget dimana - mana. Ga terkecuali Banten, Provinsi kita yang imut ini. Kata pak Yoki, doi ini dosen FISIP UNTIRTA; “KOVI KITA! Komunitas yang kreatif. Mereka itu mahasiswa - mahasiswi yang pinter. Pinter nyari peluang. Wayahnya lagi banyak komunitas - komunitas bermunculan, mereka lantas nawarin KOVI KITA, gitu loh. Jadi, komunitas ini mungkin awalnya hanya dari pertemanan, kumpul - kumpul, sampe akhirnya mereka ada hati tentang kesamaan hobi, mereka bentuk komunitas dan mereka mencintai komunitasnya. Ngejalanin dan ngelola komunitasnya juga serius, sistematis ga maen - maen. Jadi, konsepnya bagus, sehingga bisa menghasilkan prestasi.” Tanggap dosen dengan gaya woles nya.
Nah, gimana B-ders aroma kopi yang satu ini? Wanginya manggil ga? Kalo ngerasa kepanggil, buruan samperin. Dijamin enjoy lah pokonya mah kalo udah nyeruput KOVI KITA (Ajis)
Semangat Kerja Tim terekam lewat foto, Foto: FB Kovi Kita
Totalitas dalam akting, gaya pengemis pun seperti asli pengemis, Foto: FB Kovi Kita
Suasana Syuting di sekitar kampus UNTIRTA, Foto: FB Kovi Kita
Suasana Syuting di sekitar kampus UNTIRTA, Foto: FB Kovi Kita

Kamis, 08 Desember 2011

DEBUS KESENIAN ASLI BANTEN

,
Atraksi Debus dengan menggoreskan golok ke bagian leher, Foto; Doli
Debus merupakan kesenian asli masyarakat Banten yang diciptakan pada abad ke-16, yaitu tepatnya pada masa pemerintahan Sultan Maulana Hasanuddin (1532-1570), dalam rangka penyebaran agama Islam. Agama Islam diperkenalkan ke Banten oleh Sunan Gunung Jati, salah satu pendiri Kesultanan Cirebon, pada tahun 1520, dalam ekspedisi damainya bersamaan dengan penaklukan Sunda Kelapa. Kemudian, ketika kekuasaan Banten dipegang oleh Sultan Ageng Tirtayasa (1651-1682), debus difokuskan sebagai alat untuk membangkitkan semangat para pejuang dalam melawan penjajah Belanda. Apalagi, di masa pemerintahannya tengah terjadi ketegangan dengan kaum pendatang dari Eropa, terutama para pedagang Belanda yang tergabung dalam Vereenigde Oostindische Compagnie (Perserikatan Perusahaan Hindia Timur atau Perusahaan Hindia Timur Belanda) atau VOC. Kedatangan kaum kolonialis ini di satu sisi membangkitkan semangat jihad kaum muslimin Nusantara, namun di sisi lain membuat pendalaman akidah Islam tidak merata, yaitu terjadinya percampuran akidah dengan tradisi pra-Islam. Hal ini yang terdapat pada kesenian debus.
Dengan membaca mantra “haram kau sentuh kulitku, haram kau minum darahku, haram kau makan dagingku, urat kawang, tulang wesi, kulit baja, aku keluar dari rahim ibunda. Aku mengucapkan kalimat la ilaha illahu“. Maka pada saat itu juga ia menusukkan golok tersebut ke paha, lengan, perut dan bagian tubuh lainnya, tanpa merasa sakit sedikitpun. Debus dalam bahasa Arab yang berarti senjata tajam yang terbuat dari besi, mempunyai ujung yang runcing dan berbentuk sedikit bundar. Dengan alat inilah para pemain debus dilukai, dan biasanya tidak dapat ditembus walaupun debus itu dipukul berkali kali oleh orang lain. Atraksi atraksi kekebalan badan ini merupakan variasi lain yang ada dipertunjukan debus. Antara lain, menusuk perut dengan benda tajam atau tombak, mengiris tubuh dengan golok sampai terluka maupun tanpa luka, makan bara api, memasukkan jarum yang panjang ke lidah, kulit, pipi sampai tembus dan tidak terluka. Mengiris anggota tubuh sampai terluka dan mengeluarkan darah tetapi dapat disembuhkan pada seketika itu juga, menyiram tubuh dengan air keras sampai pakaian yang melekat dibadan hancur, mengunyah beling/serpihan kaca, membakar tubuh. Dan masih banyak lagi atraksi yang mereka lakukan.Memang sulit dipercaya orang hanya membaca mantra, sudah kebal dengan apapun. Apakah ini termasuk ilmu sihir atau tidak itu tergantung pemikiran masing-masing masyarakat, pada kenyataannya debus adalah kesenian asli masyarakat Banten. (Moch. Faizal Hadi Sanjaya)
Referensi         : (Gautama, Bayu, Dyah Kalsitorini, Mona Melinda. Muda Usia Kaya Pesona : Banten. Surga no.02, 25 Maret – 25 April 2004, Muharram 1425 H)

Rabu, 07 Desember 2011

Pesona Ujung Kulon

,
Suasana pantai Ujung Kulon
Foto: Doli
Sering sekali aku mendengar cerita tentang Ujung Kulon,  namun  belum pernah aku menginjakan kaki dan melihat langsung  keindahan alamnya.  Kebetulan kakakku bertugas disana sebagai fasilitator pemberdayaan masyarakat di  kawasan penyangga Taman Nasional Ujung Kulon (TNUK).  Rabu 25 November kemarin, aku dajaknya kesana, karena ada acara panen ujicoba tanaman organik, yang menjadi salah satu program kerjanya.
Semula kang Rudi berencana  mengajak beberapa wartawan untuk meliput acara tersebut, namun sampai magrib belum juga ada yang datang, hanya kang LLJ wartawan Fesbuk Banten News yang ikut. Kami berangkat bertiga, aku yang menyetir, kakakku duduk disamping sebagai navigator, dan Kang LLJ duduk di belakang.kami berangkat dari Serang sekitar pukul 19.00 WIB, dengan menggunakan mobil sewaan xenia berwarna hitam. Suasana lalu lintas saat itu sepi, namun kondisi jalan yang kecil berkelok-kelok dan asing membuatku selalu waspada, apabila ada kendaraan dari arah lain harus mengurangi kecepatan. 
Jalanan yang kami lalui terasa tidak ada habisnya, dalam hati aku ngedumel sendiri "kapan ini nyampenya? kok ngga nyampe-nyampe" sudah hampir 3 jam perjalanan, namun belum ada petunjuk arah yang menunjukan tentang Ujung Kulon. 
Setelah melalui "Pulau Umang" aku berfikir jalanan sudah dekat, ternyata menurut kang Rudi perjalanan masih sekitar 2 jam lagi, dan dengan kondisi jalanan yang sulit dilalui karena lubang dan berbatu.Suasana jalanan sepi sehingga terdengar suara-suara binatang seperi: anjing, kodok, jangkrik dan beberapa binatang lain.
Saat mobil  melewati perkampungan, masyarakat terlihat berkumpul dipos ronda dengan ramah mereka menyapa kami dengan senyuman, terasa sekali masyarakatnya ramah kepada setiap tamu yang datang.
Suasana pantai Ujung Kulon
Foto: Doli
Akhirnya sampailah kami di Villa Paniis yang terletak de Desa Taman Jaya. Teman-teman Kang Rudi dan beberapa masyarakat menyambut dan mempersilahkan kami menyantap ikan bakar hasil tangkapan.  Perjalanan  jauh dan melelahkan membuatku tertidur di bale, padahal teman-teman kang Rudi sudah menyiapkan kamar utuk kami.Sekitar pukul 06.00 WIB aku terbangun, dan menghirup udara pagi yang segar. Ternyata persis di depan villa yang kita tempat adalah laut, airnya kebiru-biruan, bersih dan  jernih sekali.
Ketika aku kembali, terlihat beberapa orang berkumpul di bale dan mendengarkan cerita tentang sejarah masyarakat sekitar Taman Nasional Ujung Kulon. Menurut cerita mereka, dahulu warga yang menebang pohon sering dikejar-kejaroleh petugas TNUK,  lama-lama kelamaan mereka dirangkul dan diberdayakan sehingga merasa tidak enak oleh petugas TNUK apabila menebang pohon. Saat ini mereka mendukung semua program yang dilakukan oleh TNUK
Persiapan Acara
Foto: Doli

Persiapan Acara
Foto: Doli
Sekitar pukul 08.00 WIB aku ditugaskan oleh kang Rudi untuk mengontrol lokasi kegiatan  diantar oleh Pak Nirad, salah seorang ketua Lembaga Masyarakat Desa (LKD). Dia sangat ramah dan baik, dia juga menolongku saat batre handphone habis, tidak hanya pak Nirad, hampir semua masyarakat Desa Taman Jaya yang kutemui mempelakukan aku dengan baik.
Sekitar pukul 09.00 WIB kamisama-sama berangkat ke lokasi kegiatan, telihat ratusan penduduk berkumpul di tenda di pesawahan yang menjadi areal Panen Padi Organik yang menjadi  bagian dari program pemberdayaan masyarakat POKJA  AKBJ  Taman Nasional Ujung Kulon.
Kepala Desa Sumur (kiri) sedang bersalaman dengan Kepala TNUK (kanan)
Foto: Doli
Kepala Taman Nasional Ujung Kulon (TNUK) Agus Priambudi turut hadir bersama rombongan, tak ketinggalan Camat Kecamatan Sumur, dan Kepala Desa Cisaat meramaikan acara tersebut.
Perangkat desa sedang berpose
Foto: Doli
Menurut Kepala Taman Nasional, Agus Priambudi dalam sambutannya, hasil panen padi organik, seluas 10 hektar yang bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat dengan mendongkrak kualitas dan kuantitas hasil pertanian ramah lingkungan (organik),  juga mengurangi tekanan masyarakat terhadap kawasan TNUK yang membuka lahan hutan dalam kawasan sebagai alasan kurangnya lahan pertanian untuk produksi pangan sesuai dengan kebijakan pemerintah untuk mulai menerapkan sistem pertanian yang ramah lingkungan “Go Green” yang pada akhirnya mendukung pembangunan konservasi TNUK. Acara ini ditutup dengan makan siang nasi tumpeng bersama-sama.
Hujan lebat dan kabut mewarnai perjalanan pulang kami, sampai di Labuan pukul sekitar pukul  19.00, kemudian kami mampir ke rumah KepalaTaman Nasional, disana kami disambut dengan kopi panas, tidak hanya itu ketika tahu aku seorang mahasiswa beliau memberikan banyak nasehat, pesannya yang menempel adalah untuk selalu membuka wawasan dengan membaca membaca dan membaca,karena menurutnya dari bukulah semua sumber ilmu.
Sampai di Serang sekitar pukul 23.00 WIB tentunya dengan berbagai pengalaman dan kenangan tentang Ujung Kulon yang menjadi surga tersembunyi, karena bukan hanya alamnya yang indah, masyarakatnya yang ramah dan bisa menjadi daya tarik wisatawan, namun jalanan yang rusak membuat tidak nyaman, semoga jalan menuju Ujung Kulon dapat diperbaiki, dan semoga Ujung Kulon menjadi pilihan liburan
Acara panen padi sehat yang dihadiri oleh masyarakat. (Doli)
Tempat makan di Sumur
Foto: Doli

Jalan Rusak Menuju Ujung Kulon

 

BANTEN CORNER Copyright © 2011 -- Template created by O Pregador -- Powered by Blogger Templates