Suasana pantai Ujung Kulon Foto: Doli |
Sering sekali aku mendengar cerita tentang Ujung Kulon, namun belum pernah aku menginjakan kaki dan melihat langsung keindahan alamnya. Kebetulan kakakku bertugas disana sebagai fasilitator pemberdayaan masyarakat di kawasan penyangga Taman Nasional Ujung Kulon (TNUK). Rabu 25 November kemarin, aku dajaknya kesana, karena ada acara panen ujicoba tanaman organik, yang menjadi salah satu program kerjanya.
Semula kang Rudi berencana mengajak beberapa wartawan untuk meliput acara tersebut, namun sampai magrib belum juga ada yang datang, hanya kang LLJ wartawan Fesbuk Banten News yang ikut. Kami berangkat bertiga, aku yang menyetir, kakakku duduk disamping sebagai navigator, dan Kang LLJ duduk di belakang.kami berangkat dari Serang sekitar pukul 19.00 WIB, dengan menggunakan mobil sewaan xenia berwarna hitam. Suasana lalu lintas saat itu sepi, namun kondisi jalan yang kecil berkelok-kelok dan asing membuatku selalu waspada, apabila ada kendaraan dari arah lain harus mengurangi kecepatan.
Jalanan yang kami lalui terasa tidak ada habisnya, dalam hati aku ngedumel sendiri "kapan ini nyampenya? kok ngga nyampe-nyampe" sudah hampir 3 jam perjalanan, namun belum ada petunjuk arah yang menunjukan tentang Ujung Kulon.
Setelah melalui "Pulau Umang" aku berfikir jalanan sudah dekat, ternyata menurut kang Rudi perjalanan masih sekitar 2 jam lagi, dan dengan kondisi jalanan yang sulit dilalui karena lubang dan berbatu.Suasana jalanan sepi sehingga terdengar suara-suara binatang seperi: anjing, kodok, jangkrik dan beberapa binatang lain.
Saat mobil melewati perkampungan, masyarakat terlihat berkumpul dipos ronda dengan ramah mereka menyapa kami dengan senyuman, terasa sekali masyarakatnya ramah kepada setiap tamu yang datang.
Suasana pantai Ujung Kulon Foto: Doli |
Akhirnya sampailah kami di Villa Paniis yang terletak de Desa Taman Jaya. Teman-teman Kang Rudi dan beberapa masyarakat menyambut dan mempersilahkan kami menyantap ikan bakar hasil tangkapan. Perjalanan jauh dan melelahkan membuatku tertidur di bale, padahal teman-teman kang Rudi sudah menyiapkan kamar utuk kami.Sekitar pukul 06.00 WIB aku terbangun, dan menghirup udara pagi yang segar. Ternyata persis di depan villa yang kita tempat adalah laut, airnya kebiru-biruan, bersih dan jernih sekali.
Ketika aku kembali, terlihat beberapa orang berkumpul di bale dan mendengarkan cerita tentang sejarah masyarakat sekitar Taman Nasional Ujung Kulon. Menurut cerita mereka, dahulu warga yang menebang pohon sering dikejar-kejaroleh petugas TNUK, lama-lama kelamaan mereka dirangkul dan diberdayakan sehingga merasa tidak enak oleh petugas TNUK apabila menebang pohon. Saat ini mereka mendukung semua program yang dilakukan oleh TNUK
Persiapan Acara Foto: Doli |
Persiapan Acara Foto: Doli |
Sekitar pukul 08.00 WIB aku ditugaskan oleh kang Rudi untuk mengontrol lokasi kegiatan diantar oleh Pak Nirad, salah seorang ketua Lembaga Masyarakat Desa (LKD). Dia sangat ramah dan baik, dia juga menolongku saat batre handphone habis, tidak hanya pak Nirad, hampir semua masyarakat Desa Taman Jaya yang kutemui mempelakukan aku dengan baik.
Sekitar pukul 09.00 WIB kamisama-sama berangkat ke lokasi kegiatan, telihat ratusan penduduk berkumpul di tenda di pesawahan yang menjadi areal Panen Padi Organik yang menjadi bagian dari program pemberdayaan masyarakat POKJA AKBJ Taman Nasional Ujung Kulon.
Kepala Desa Sumur (kiri) sedang bersalaman dengan Kepala TNUK (kanan) Foto: Doli |
Kepala Taman Nasional Ujung Kulon (TNUK) Agus Priambudi turut hadir bersama rombongan, tak ketinggalan Camat Kecamatan Sumur, dan Kepala Desa Cisaat meramaikan acara tersebut.
Perangkat desa sedang berpose Foto: Doli |
Menurut Kepala Taman Nasional, Agus Priambudi dalam sambutannya, hasil panen padi organik, seluas 10 hektar yang bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat dengan mendongkrak kualitas dan kuantitas hasil pertanian ramah lingkungan (organik), juga mengurangi tekanan masyarakat terhadap kawasan TNUK yang membuka lahan hutan dalam kawasan sebagai alasan kurangnya lahan pertanian untuk produksi pangan sesuai dengan kebijakan pemerintah untuk mulai menerapkan sistem pertanian yang ramah lingkungan “Go Green” yang pada akhirnya mendukung pembangunan konservasi TNUK. Acara ini ditutup dengan makan siang nasi tumpeng bersama-sama.
Hujan lebat dan kabut mewarnai perjalanan pulang kami, sampai di Labuan pukul sekitar pukul 19.00, kemudian kami mampir ke rumah KepalaTaman Nasional, disana kami disambut dengan kopi panas, tidak hanya itu ketika tahu aku seorang mahasiswa beliau memberikan banyak nasehat, pesannya yang menempel adalah untuk selalu membuka wawasan dengan membaca membaca dan membaca,karena menurutnya dari bukulah semua sumber ilmu.
Sampai di Serang sekitar pukul 23.00 WIB tentunya dengan berbagai pengalaman dan kenangan tentang Ujung Kulon yang menjadi surga tersembunyi, karena bukan hanya alamnya yang indah, masyarakatnya yang ramah dan bisa menjadi daya tarik wisatawan, namun jalanan yang rusak membuat tidak nyaman, semoga jalan menuju Ujung Kulon dapat diperbaiki, dan semoga Ujung Kulon menjadi pilihan liburan
Acara panen padi sehat yang dihadiri oleh masyarakat. (Doli)
Tempat makan di Sumur Foto: Doli |
Jalan Rusak Menuju Ujung Kulon |